MATAHARI TERBIT DARI BARAT
Di universitas mereka diajari bahwa matahari terbit dari Barat. Asal – usul seluruh ilmu,
pengetahuan, penemuan, teknologi dan peradaban adalah Barat. Semua yang di Timur itu
bodoh, melarat, kumuh, kampungan, bloon, bego, tidak percaya pada diri sendiri. Maka
penduduk timur harus di beradapkan, harus dijajah untuk dijadikan civilized, diajari pakai
kancut, celana, jas, dasi, dengan busa mulut yang bermuatan bahasa Barat meskipun sepotong
– sepotong. 300 tahun sudah penduduk Timur dicuci otaknya, disirnakan kepribadiannya,
dipendam sejarah masa silamnya, diperbudak trilogi politik perekonomian dan
kebudayaannya.
Bangsa Indonesia Jawa yang untuk satu peristiwa kecil punya sebutan tibo, rutuh, njungkel,
nggeblag, nylorot, njengkang, kesosor, njungkir, nyungsep dst merasa lebih bodoh dan
tertinggal dari bangsa yang hanya punya satu kata falling down untuk peristiwa yang sama.
Bangsa yang peradabannya suadah mencapai detail pari, gabah, beras, sego, memperbudak
dirinya kepada bangsa yang hanya kata rice. Bangsa Indonesia tiba – tiba bikin Negara dan
Republik, karena tidak berani mencari dan menjadi dirinya sendiri. Kaum intelektual berpikir
bahwa kerajaaan itu kuno, otoriter dan diktator. Seakan – akan bisa diselenggarakan
kehidupan bersama tanpa otoritas dan diktat hukum.
Otoritarianisme dan diktatorisme adalah suatu tata kehidupan dimana rakyat tidak memiliki
daya tawar atas kedaulatannya. Hari ini rakyat Indonesia tidak punya bargaining power
terhadap wakil-wakilnya sendiri, terhadap Presiden dan seluruh jajaran pemerintahannya.
Kalau yang otoriter-diktator hanya satu Raja dan sejumlah ponggawa, agak sederhana
caranya melawan. Tapi kalau yang diktator adalah Presiden dengan sekian premannya, sekian
Menteri dengan ratusan dan ribuan pegawai jajarannya, Dewan Perwakilan yang berlapis –
lapis sampai ke strata bawah, dst – sangat ruwet dan butuh ekstra energi memberontakinya.
Kalau dalam kerajaan, Diktatornya sendirian. Kalau dalam Republik Demokrasi, diktatornya
rombongan.